kelak ketika kamu melihatku menangis lagi, aku mohon
berpura-puralah tidak melihat air mataku. aku menangis bukan karena
sedang meminta semacam pengertian lalu membuatmu menjadi sedikit
melemah, atau sekedar mencari-cari perhatian siapapun, tidak sama
sekali. kadang hanya dengan cara itu, rongga dadaku bisa sedikit melega.
hati itu lucu sekali, mungkin bentuknya tidak jauh lebih besar dari sekepalan tangan. namun otak tidak pernah bisa menakarnya.
aku pernah menertawakan mentah-mentah soal cinta. lalu
Tuhan memberiku cinta yang amat banyak untuk diberikan pada seorang. seorang saja. namun aku kualahan, ternyata cinta datang bersama rasa
sakit yang sama besarnya. itu sebabnya mungkin ketika kita semakin
mencintai, semakin sering pula kita menangis.
seseorang pernah berkata padaku, cinta itu tidak pernah
menyakiti. jikapun kamu harus menangis, mungkin menangis bukan karena
sakit melainkan rasa syukur yang meluap-luap karena perasaan bahagia
mencinta.
sayang, jika sekali lagi kamu melihatku menangis karena
sakit, anggaplah cintaku masih sebesar egoku atau mungkin aku masih
belum memahami apa-apa. hanya saja, ketika kamu mulai mendominasi
kehidupanku, perasaan apapun akan masuk dalam perhitunganku. kamu bukan
lagi perihal seseorang yang sekedar menutup hariku dengan ucapan selamat
malam, atau memanggilku dengan sebutan ‘sayang’. kamu lebih dari itu.