![]() |
|
| :)
Selasa, 11 Juni 2013, 20.14 , 0 notification[s]
"what if someone you love is happier without you? will you leave?"
aku berulang kali membaca pertanyaan itu....dan berpikir. apakah aku benar-benar bisa meninggalkan seseorang yang aku cintai, jika nantinya kamu jauh lebih bahagia tanpa aku?
hingga paragraf awal aku tulis ini, aku belum meyakini jawabannya.
mungkin terlalu sering diajari mencinta, hingga lupa bahwa ada juga yang namanya mengikhlaskan dan merelakan. pada bagian ini, aku bukan orang yang lihai dalam melakukannya. namun tidak mungkin juga menjadi orang egois, memaksakan untuk bersama tanpa memikirkan apakah kamu yang aku cinta juga merasakan bahagia bersamaku.
semua butuh merasakan dibutuhkan, ingin merasa diingini, rindu merasa dirindui.
namun apalah arti jika tanpa kata 'saling'? bukan berarti menuntun timbal balik, 'saling' lebih kepada tanpa paksaan, rela hati, bahkan suka melakukannya.
kembali ke pertanyaan awal. jika kamu yang aku cinta lebih bahagia tanpa adanya aku, apakah aku harus meninggalkannya? ya aku pikir itu susah memang, namun bukan berarti tidak bisa atau tidak sanggup. toh esensi meninggalkan dan ditinggalkan adalah, "berbahagia tanpa", bukan "bersedih dengan".
aku belajar banyak sekali, banyak sekali.
menerima walau tidak diterima, merelakan pergi yang menginginkan aku pergi, ikut berbahagia saat yang aku cinta berbahagia tanpa aku, meskipun semua itu hanya kemunafikan belaka.
dan di akhir paragraf ini, aku menjawab pertanyaan tersebut dengan, "iya, aku akan pergi. berbahagialah kamu tanpa aku."
"I will learn to love again. I will learn to love. I will learn."
|