|
meet prince;3
Aku berdiri diatas benda cair yang dinamakan laut, sedangkan meneriaki langit. Udara yang tenang, laut yang bidang, dan cahaya yang menghangatkan. Terusik, kacau dan berubah bentuk. Jadi, angin yang ganas, laut yang buas dan cahaya mentari tertutup awan gelap, hitam, kelam. Kilat menyambar sedangkan aku sendiri menunggu disini sambil diselimuti hati yang sepi. Aku lelah berjalan menyusuri bumi, melewati kota2, desa2, gunung2, padang pasir, peradapan dan hutan belantara. Dan kamu tak pernah ada disana. “Duhai panggeranku...temuilah aku sekarang. Aku sudah terlalu lama menunggumu,” teriakku! Mengetarkan bumi. Teriakan yang berakibat gelombang ombak tinggi pucuk pohon kepala bergulung ke delapan penjuru angin. Dan aku tak peduli sama sekali, masalah!? Saat gelombang ini akan menerpa pulau di ujung mata sana. Aku ingat namanya, Madova Naya. Aku tak seberapa yakin akan semua itu. 5 abat sudah pohon beringin itu tumbuh dibelakang rumah. Aku masih ingat saat kita menanamnya bersama. Sungguh hari itu, hari yang paling indah bahagia untukku dan mungkin juga untukmu. Tapi tiba2 engkau pergi begitu saja, dan hanya meninggalkan sepatah kata. Katanya engkau harus pulang ke negerimu untuk menebus dosamu. Aku tak terima, sungguh tak terima. Aku mengira, kepergianmu hanya sekejab mata dan saat ku membuka mata, kau ada. Namun beribu-ribu mata ini terbuka, kau masih tak ada diujung mata. Akhirnya, setelah aku diberitau oleh seorang sahabatmu dicafe kota paris sana. Dia juga memberiku air inti nurani untuk menjemputmu. Aku tahu dimana negerimu, tempat tinggalmu. Tapi untuk menyusulmu, aku masih malu karena di negerimu itulah penciptamu berada, yang tak lain juga penciptaku. Tapi rasa maluku terkikis hilang oleh rinduku padamu. Insya allah, aku akan pergi kesana menyusulmu sekarang. Aku terbang secepat sinar mentari menyinari rerumputan di pagi hari. Ke langit ketujuh, disanalah negerimu, disanalah kamu sekarang tinggal. Panggeranku bernama Darwin. Namun tiba2 aku berhenti, melayang di ruang hampa udara (angkasa). Dihadapanku terbentang sebuah tembok dan mungkin langit. Sepanjang ujung mata ini memandang, langit ini tak ada ujungnya. Berukir emas bercahaya, membentuk kaligrafi terindah yang pernah kulihat dimuka bumi, kecuali paras panggerangku itu. Lalu suara sesuatu mengagetkanku. Beberapa sosok ‘apa itu?’ datang menghangku. Kukira itu sekawan Iblis, tapi walau begitu aku tidak takut. “Hei manusia, kamu dilarang kemari. Pulanglah segera ke bumi!” suaranya berwibawa. “Maaf, aku menolak. Aku harus menemui kekasihku dilangit ketujuh, aku agak takut melihat sosok mereka yang menyeramkan, tapi siapa mereka?” kemudian aku bertanya. “Kami malaikat penjaga langit pertama.” Melihat sosok mereka aku sanksi, beberapa bertanduk, ada yang bersisik dan berlidah menjulur seperti hewan melata. Dan semuanya berekor. Kalau tidak melihat kulit mereka putih bercahaya dan mengeluarkan wibawa. Aku akan tebas mereka, karena mereka itu kukira iblis. “Kamu jangan bingung, aku tahu yang kamu pikirkan . malaikat tak seperti para manusia gambarkan dan yang pasti iblis itu lebih cantik dan tampan dari yang kau kira,” “Apa kau mau pulang sekarang?” tanya malaikat yang lain. “Aku menolak, biarkan aku melewati atau terpaksa harus kutebas leher kalian, sungguh aku tidak takut pada malaikat. Buatku sekarang yang paling penting adalah menemui kekasihku yang berada di langit ketujuh.” “Baik, kami akan memaksa kamu untuk pulang!” para malaikat menerima tantanganku. Aku bersiap, mengambil ancang2 untuk berkelahi. Saat kami akan memulai. Seketika, sesosok jubah putih berdiri diantara aku dan para malaikat tadi, menengai kami yang telah siaga. Kami terdiam, “Malaikat Laka, ada apa? Kenapa kau menghentikan kami?” tanya para malaikat itu. “Tuhan bersabda padaku untuk mengurus manusia bumi ini!” suaranya menggelegar dan berwibawa. “Baiklah!” para malaikat pergi tanpa bertanya lagi, juga tanpa suara. “Manusia, kamu ingin bertemu dgn kekasih hatimu-kan?” “Benar, tuan malaikat” jawabku dgn santun. Mendengar pertanyaannya yang berwiwaba. Sikapku agak tegang. “Peganglah satu tanganku, kuantarkan kau kesana!” syukurlah dia tidak mengusirku seperti malaikat tadi. Aku yakin ini buka dibumi, bau tanah dan rerumputan yang menyenangkan. Pohon2 yang belum aku tau namanya, menjulang tinggi dan berbuah lebat juga ranum. “Apa ini surga tuan malaikat?. jika benar, maaf aku tak ingin kesini. Aku ingin bertemu dgn panggeranku dilangit ketujuh!” Surga tidak berada dilangit. “Ini bukan surga. Ini adalah tempat tinggal panggeranmu. Tunggulah ia akan keluar sebentar lagi” “Dengan kecepatan apa, kita bisa sampai disini tuan malaikat?” sebetulnya sejak tiba disini tadi aku penasaran sekali, sebegitu cepatnya hingga aku tak merasa telah terbang ke mana2, dari gerbang langit pertama sampai disini, tempat tinggal panggeran, tapi melihat tempat ini dan teringat kekasihku itu, aku jadi lupa sesaat! “Dengan kecepatan wahyu Tuhan!” malaikat bersosok jubah putih itu menghilang. Dan itu tak buat aku terkejut sama sekali. Menunggu dirinya sekali lagi, membuatku sangat sedih. Tak kerasa air mataku menetes deras. Tak bisa dipercaya setelah 5 abat aku menunggu, aku harus menunggu lagi. Begitu sakit hati disesaki rindu pada sang kekasih. “Mengapa kau menangis, sayang?” apa menunggu aku sedikit lagi membuatmu mati?” menatap paras yang ganteng, yang duduk didepanku dan menenangkanku. Aku peluk dia erat2. rinduku terobati sudah. ‘AKU TELAH MATI, DAN AKU HIDUP KEMBALI’ Tubuhku rebah dipangkuannya. Sungguh nyaman pangkuan panggeranku itu. “AKU MENCINTAIMU SAYANG, MAKA PULANGLAH DAN KUTUNGGU KAU DISINI.” ucapnya tiba2. Aku terperanjat, aku ingi marah tapi melihat ia tersenyum. Aku membisu. “Mengapa?” hanya itu yang bisa ku ucapkan. “Dilangit ini, aku berada (tinggal), dan dibumi kamu berada (tinggal)” ia bicara smbl menatap mataku dan angan yang melayang di otaknya, entak pikiran apa itu?, aku tak bisa membacanya (mengetahuinya). Aku diam, bingung. “Disini aku harus menembus dosa karena aku turun ke bumi, Tuhan Maha Penyayang, Tuhan memberi perintah aku harus menjaga para peri agar tidak terjaga.” “Jangan Panggeran, kau tahu pohon beringin itu sudah terlaluh tinggi, aku ingin kau melihatnya, merasakan kehangatkannya dan keteduhannya. Jangan suruh aku pisah dgnmu lagi, aku tidak kuat” aku memeluk ia erat2. “Sayang, kau mungkin tidak tahu bahwa aku terlahir dari kebaikan hati manusia. Mampu untuk tidak bermaksiat atau berzina. Dan aku terlahir untuk menolak untuk berzina. Salahku, setelah aku terlahir aku turun ke bumi dan mencari kamu, sungguh berpisah dgnmu itu SANGAT MENYIKSA, tapi aku lebih takut jika kita TIDAK BERSAMA LAGI SELAMANYA.” “Apa maksudmu, sayang?” Sadarlah, sayang! Apa kau tidak tahu bahwa akhir2 ini kebaikan hatimu itu kau abaikan. Dan orang2 yang kehilangan kebaikan hatinya adanya terikat di neraka.” Aku diam saja. Mataku tertunduk layu. “Ingatlah sayang, apa yang kau lakukan sebelum menemuiku?. Kau bunuh hatiku hingga aku mati rasa dan kamu tak perduli sama sekali. Sungguh aku takut akan terulang kembali, daripada bertemu dgnmu,” matanya sayu, teduh membuat hati jadi serba salah. “Dihatiku hanya ada kamu dan itu tak bisa ditawar lagi,”
“Aku tahu sayang, aku juga sama. Tapi bersabarlah sayang, kita pasti bisa bersama lagi. Jadi pergilah ke bumi dan tebus dosa2 mu itu. Yakinlah kita pasti bersama.” “AKU....” tak ada yang bisa ku ucapkan dan tak ada yang lebih menyakitkan daripada di usir oleh kekasih daripada nyawa sendiri. Kumainkan lagu paling indah, aku duduk di kakinya. Aku tersenyum, janjiku pada panggeranku, aku harus mati, tapi bukan bunuh diri. Berpisah dgn panggeranku itu memang sangat menyiksa. Namun lebih menyiksa jika kehilangan panggeranku dan juga masuk neraka. Aku pergi ke bumi, menebus dosa. Aku tersenyum menunggu untuk kita bersama lagi.
About Meh;
Hello. Replace this with your own profile okay.
Stuffs;
Hello again. Put your own stuff here please.
About this site;
Current site name; Amazing Life;
Current site theme; Grey,grey and grey.
Best view in; Google Chrome and 1366 X 671.
Site opened since: When?
meet prince;3
Aku berdiri diatas benda cair yang dinamakan laut, sedangkan meneriaki langit. Udara yang tenang, laut yang bidang, dan cahaya yang menghangatkan. Terusik, kacau dan berubah bentuk. Jadi, angin yang ganas, laut yang buas dan cahaya mentari tertutup awan gelap, hitam, kelam. Kilat menyambar sedangkan aku sendiri menunggu disini sambil diselimuti hati yang sepi. Aku lelah berjalan menyusuri bumi, melewati kota2, desa2, gunung2, padang pasir, peradapan dan hutan belantara. Dan kamu tak pernah ada disana. “Duhai panggeranku...temuilah aku sekarang. Aku sudah terlalu lama menunggumu,” teriakku! Mengetarkan bumi. Teriakan yang berakibat gelombang ombak tinggi pucuk pohon kepala bergulung ke delapan penjuru angin. Dan aku tak peduli sama sekali, masalah!? Saat gelombang ini akan menerpa pulau di ujung mata sana. Aku ingat namanya, Madova Naya. Aku tak seberapa yakin akan semua itu. 5 abat sudah pohon beringin itu tumbuh dibelakang rumah. Aku masih ingat saat kita menanamnya bersama. Sungguh hari itu, hari yang paling indah bahagia untukku dan mungkin juga untukmu. Tapi tiba2 engkau pergi begitu saja, dan hanya meninggalkan sepatah kata. Katanya engkau harus pulang ke negerimu untuk menebus dosamu. Aku tak terima, sungguh tak terima. Aku mengira, kepergianmu hanya sekejab mata dan saat ku membuka mata, kau ada. Namun beribu-ribu mata ini terbuka, kau masih tak ada diujung mata. Akhirnya, setelah aku diberitau oleh seorang sahabatmu dicafe kota paris sana. Dia juga memberiku air inti nurani untuk menjemputmu. Aku tahu dimana negerimu, tempat tinggalmu. Tapi untuk menyusulmu, aku masih malu karena di negerimu itulah penciptamu berada, yang tak lain juga penciptaku. Tapi rasa maluku terkikis hilang oleh rinduku padamu. Insya allah, aku akan pergi kesana menyusulmu sekarang. Aku terbang secepat sinar mentari menyinari rerumputan di pagi hari. Ke langit ketujuh, disanalah negerimu, disanalah kamu sekarang tinggal. Panggeranku bernama Darwin. Namun tiba2 aku berhenti, melayang di ruang hampa udara (angkasa). Dihadapanku terbentang sebuah tembok dan mungkin langit. Sepanjang ujung mata ini memandang, langit ini tak ada ujungnya. Berukir emas bercahaya, membentuk kaligrafi terindah yang pernah kulihat dimuka bumi, kecuali paras panggerangku itu. Lalu suara sesuatu mengagetkanku. Beberapa sosok ‘apa itu?’ datang menghangku. Kukira itu sekawan Iblis, tapi walau begitu aku tidak takut. “Hei manusia, kamu dilarang kemari. Pulanglah segera ke bumi!” suaranya berwibawa. “Maaf, aku menolak. Aku harus menemui kekasihku dilangit ketujuh, aku agak takut melihat sosok mereka yang menyeramkan, tapi siapa mereka?” kemudian aku bertanya. “Kami malaikat penjaga langit pertama.” Melihat sosok mereka aku sanksi, beberapa bertanduk, ada yang bersisik dan berlidah menjulur seperti hewan melata. Dan semuanya berekor. Kalau tidak melihat kulit mereka putih bercahaya dan mengeluarkan wibawa. Aku akan tebas mereka, karena mereka itu kukira iblis. “Kamu jangan bingung, aku tahu yang kamu pikirkan . malaikat tak seperti para manusia gambarkan dan yang pasti iblis itu lebih cantik dan tampan dari yang kau kira,” “Apa kau mau pulang sekarang?” tanya malaikat yang lain. “Aku menolak, biarkan aku melewati atau terpaksa harus kutebas leher kalian, sungguh aku tidak takut pada malaikat. Buatku sekarang yang paling penting adalah menemui kekasihku yang berada di langit ketujuh.” “Baik, kami akan memaksa kamu untuk pulang!” para malaikat menerima tantanganku. Aku bersiap, mengambil ancang2 untuk berkelahi. Saat kami akan memulai. Seketika, sesosok jubah putih berdiri diantara aku dan para malaikat tadi, menengai kami yang telah siaga. Kami terdiam, “Malaikat Laka, ada apa? Kenapa kau menghentikan kami?” tanya para malaikat itu. “Tuhan bersabda padaku untuk mengurus manusia bumi ini!” suaranya menggelegar dan berwibawa. “Baiklah!” para malaikat pergi tanpa bertanya lagi, juga tanpa suara. “Manusia, kamu ingin bertemu dgn kekasih hatimu-kan?” “Benar, tuan malaikat” jawabku dgn santun. Mendengar pertanyaannya yang berwiwaba. Sikapku agak tegang. “Peganglah satu tanganku, kuantarkan kau kesana!” syukurlah dia tidak mengusirku seperti malaikat tadi. Aku yakin ini buka dibumi, bau tanah dan rerumputan yang menyenangkan. Pohon2 yang belum aku tau namanya, menjulang tinggi dan berbuah lebat juga ranum. “Apa ini surga tuan malaikat?. jika benar, maaf aku tak ingin kesini. Aku ingin bertemu dgn panggeranku dilangit ketujuh!” Surga tidak berada dilangit. “Ini bukan surga. Ini adalah tempat tinggal panggeranmu. Tunggulah ia akan keluar sebentar lagi” “Dengan kecepatan apa, kita bisa sampai disini tuan malaikat?” sebetulnya sejak tiba disini tadi aku penasaran sekali, sebegitu cepatnya hingga aku tak merasa telah terbang ke mana2, dari gerbang langit pertama sampai disini, tempat tinggal panggeran, tapi melihat tempat ini dan teringat kekasihku itu, aku jadi lupa sesaat! “Dengan kecepatan wahyu Tuhan!” malaikat bersosok jubah putih itu menghilang. Dan itu tak buat aku terkejut sama sekali. Menunggu dirinya sekali lagi, membuatku sangat sedih. Tak kerasa air mataku menetes deras. Tak bisa dipercaya setelah 5 abat aku menunggu, aku harus menunggu lagi. Begitu sakit hati disesaki rindu pada sang kekasih. “Mengapa kau menangis, sayang?” apa menunggu aku sedikit lagi membuatmu mati?” menatap paras yang ganteng, yang duduk didepanku dan menenangkanku. Aku peluk dia erat2. rinduku terobati sudah. ‘AKU TELAH MATI, DAN AKU HIDUP KEMBALI’ Tubuhku rebah dipangkuannya. Sungguh nyaman pangkuan panggeranku itu. “AKU MENCINTAIMU SAYANG, MAKA PULANGLAH DAN KUTUNGGU KAU DISINI.” ucapnya tiba2. Aku terperanjat, aku ingi marah tapi melihat ia tersenyum. Aku membisu. “Mengapa?” hanya itu yang bisa ku ucapkan. “Dilangit ini, aku berada (tinggal), dan dibumi kamu berada (tinggal)” ia bicara smbl menatap mataku dan angan yang melayang di otaknya, entak pikiran apa itu?, aku tak bisa membacanya (mengetahuinya). Aku diam, bingung. “Disini aku harus menembus dosa karena aku turun ke bumi, Tuhan Maha Penyayang, Tuhan memberi perintah aku harus menjaga para peri agar tidak terjaga.” “Jangan Panggeran, kau tahu pohon beringin itu sudah terlaluh tinggi, aku ingin kau melihatnya, merasakan kehangatkannya dan keteduhannya. Jangan suruh aku pisah dgnmu lagi, aku tidak kuat” aku memeluk ia erat2. “Sayang, kau mungkin tidak tahu bahwa aku terlahir dari kebaikan hati manusia. Mampu untuk tidak bermaksiat atau berzina. Dan aku terlahir untuk menolak untuk berzina. Salahku, setelah aku terlahir aku turun ke bumi dan mencari kamu, sungguh berpisah dgnmu itu SANGAT MENYIKSA, tapi aku lebih takut jika kita TIDAK BERSAMA LAGI SELAMANYA.” “Apa maksudmu, sayang?” Sadarlah, sayang! Apa kau tidak tahu bahwa akhir2 ini kebaikan hatimu itu kau abaikan. Dan orang2 yang kehilangan kebaikan hatinya adanya terikat di neraka.” Aku diam saja. Mataku tertunduk layu. “Ingatlah sayang, apa yang kau lakukan sebelum menemuiku?. Kau bunuh hatiku hingga aku mati rasa dan kamu tak perduli sama sekali. Sungguh aku takut akan terulang kembali, daripada bertemu dgnmu,” matanya sayu, teduh membuat hati jadi serba salah. “Dihatiku hanya ada kamu dan itu tak bisa ditawar lagi,”
“Aku tahu sayang, aku juga sama. Tapi bersabarlah sayang, kita pasti bisa bersama lagi. Jadi pergilah ke bumi dan tebus dosa2 mu itu. Yakinlah kita pasti bersama.” “AKU....” tak ada yang bisa ku ucapkan dan tak ada yang lebih menyakitkan daripada di usir oleh kekasih daripada nyawa sendiri. Kumainkan lagu paling indah, aku duduk di kakinya. Aku tersenyum, janjiku pada panggeranku, aku harus mati, tapi bukan bunuh diri. Berpisah dgn panggeranku itu memang sangat menyiksa. Namun lebih menyiksa jika kehilangan panggeranku dan juga masuk neraka. Aku pergi ke bumi, menebus dosa. Aku tersenyum menunggu untuk kita bersama lagi.
|